Minggu, 25 Desember 2016

Sendirikah Kita di Alam Semesta Ini?

            Pernahkah kita berpikir mendalam tentang alam semesta? Sebenarnya akan sangat banyak pertanyaan yang timbul jika kita tertarik dengan alam semesta yang sangat besar ini. Beberapa pertanyaan yang saya pernah pikirkan adalah, dari mana alam semesta ini berasal? Apa yang menutupi alam semesta ini? Sampai mana alam semesta ini berbatas? Sendirikan manusia di alam ini? Dan dari beberapa pertanyaan tersebut, yang terakhir yang cukup menarik untuk kita bahas.
Hey, bukankah alam semesta ini begitu besar untuk umat manusia? Bahkan penjelajahan manusia belum sampai melebihi pengamatannya di luar angkasa. Ekspedisi luar angkasa tanpa awak kapal terjauh yang pernah dilakukan adalah misi Voyager 1 dan Voyager 2 yang kini berada lebih dari 20 milyar tahun cahaya dan 16 milyar tahun cayaha. Lantas, kalaulah alam ini begitu besar, apakah benar hanya di Bumi yang memungkinkan kehidupan bisa terjadi? Atau adakah kehidupan lain selain kehidupan manusia? Sampai saat ini, memang baru sebatas teori bahwa terdapat kehidupan lain selain di bumi, dan belum ada bukti yang pasti mengenai hal itu. Tapi saya akan coba paparkan beberpa logika yang cukup bisa diterima.

Alam semesta yang ada saat ini terdiri dari banyak benda langit. Yang paling sering kita lihat contohnya bintang, bulan, planet lain, bahkan dengan teknologi canggih kita bisa melihat citra dari beberapa galaksi, diantaranya galaksi Bima Sakti (Milky Way), dan galaksi Andromeda. Semua citra itu tentunya tidak hanya dilakukan dengan pengamatan secara langsung, melainkan berdasarkan perhitungan matematis, teori-teori penciptaan alam semesta dan perkiraan-perkiraan jitu. Salah satu teori yang kita kenal adalah teori Big Bang.
Nebula Milky Way (Galaksi Bima Sakti)
Sumber : https://i.ytimg.com/vi/ttz4Sr0tZFg/maxresdefault.jpg
Oke, seperti yang kita ketahui bahwa teori Big Bang menjelaskan bahwa alam semesta ini berawal dari suatu dimensi titik dengan kerapatan, tekanan dan suhu yang sangat tinggi kemudian mengembang. Dari hasil pengembangan itu, kemudian debu-debu (nebula) berkondensasi membentuk benda-denda langit yang kita kenal saat ini, termasuk galaksi Bima Sakti yang terdiri dari lebih dari 5 milyar bintang dan salah satunya adalah matahari. Di sekitar matahari terbentuklah sistem tata surya yang terdiri dari banyak planet; mulai dari Mars, Venus, Bumi, hingga Neptunus (dengan anggapan Pluto tidak termasuk planet). Dan di bumi, terbentuklah kehidupan manusia yang kita alami saat ini.
Dari paparan di atas, kita dapat pahami bahwa dari Big Bang, kemudian terbentuklah kehidupan manusia di satu tempat di alam semesta ini. Jika kita coba gunakan logika kita, maka ada hal menarik. Menurut prinsip kosmologi, alam semesta bersifat homogen dan isotropic. Big Bang kita coba asumsikan terjadi secara radial (ke segala arah dan serba sama). Berarti, kemungkinan di suatu tempat lain ada galaksi yang menyerupai Bima Sakti yang terdiri dari banyak bintang juga. Berarti kemungkinan juga ada sistem tata surya yang terbentuk dengan pusat sebuah bintang layaknya matahari. Dan berarti juga kemungkinan ada sebuah planet di sekitar bintang tersebut yang menyerupai Bumi untuk kemudian terjadi evolusi dan menghasilkan kehidupan seperti kehidupan kita ini.
Hmm, mungkin asumsi bahwa Big Bang terjadi secara radial terlalu mengada-ada untuk seorang penulis ecek-ecek ini. Baiklah, misalkan tidak terjadi secara radial, tapi sembarang. Yang artinya, hanya ada satu galaksi Bima Sakti di alam semesta ini. Citra yang kita ketahui bahwa Bima Sakti ini berbentuk spiral simetris, dimana sesuatu yang diduga Super Massive Black Hole di pusatnya dengan dikelilingi milyaran bintang.
Citra Galaksi Bima Sakti
Galaksi Bima Sakti sendiri berasal dari debu hasil Big Bang (bisa juga karena interaksi antargalaksi, lebih spesifik lagi karena tumbukan antara satu galaksi dengan galaksi yang lain hingga terbentuk galaksi baru, gabungan dari kedua galaksi sebelumnya) yang kemudian terkondensasi menjadi ribuan bintang yang berrevolusi mengelilingi pusatnya karena tarikan gravitasi materi. Dari citra di atas kita ketahui bahwa matahari, yang berperan sebagai pusat tata surya (berdasarkan teori Heliosentris), ada di salah satu tepi galaksi Bima Sakti, dan di sana terjadi kehidupan manusia.
Hey!! Bukankah Bima Sakti ini Spiral, berarti kemungkinan di tepi lain galaksi ini ada juga sebuah (bahkan mungkin ribuan) bintang yang menyerupai matahari. Kalau begitu, kemungkinan juga ada ribuan sistem tata surya bagi masing-masing bintang tersebut. Berarti kemungkinan ada planet-planet lain di sekitar bintang- bintang tersebut yang menyerupai Bumi untuk kemudian menghasilkan kemungkinan juga terjadi evolusi yang menghasilkan kehidupan layaknya manusia di Bumi ini. Bahkan seorang fisikawan paling terkenal di abad ke-20, Stephen Hawking, dengan yakin mengatakan, “Dengan perhitungan matematis yang saya lakukan, saya percaya ada alien (kehidupan lain selain manusia). Bahkan mungkin peradaban ‘mereka’ lebih maju disbanding peradaban manusia di Bumi ini’.
Apa yang bisa kita tarik menjadi kesimpulan? TIDAK ADA. Yang kita bicarakan di atas hanyalah kemungkinan-kemungkinan. Belum ada fakta atau teori pasti yang menyatakan bahwa ada kehidupan lain selain manusia di Bumi ini. Tapi semoga ini semua bisa membuka pikiran kita bahwa memang masih banyak hal-hal yang bisa kita explore di alam semesta ini.
Hhmm.. pernah mendengar tentang Patung Moai, atau Callanish Stones? Ya, penemuan misterius yang sangat sistematis yang dipercaya berasal dari ribuan tahun lalu sebelum peradaban manusia maju. Mungkin mereka adalah hasil buatan alien. Mungkin.


Referensi :
Harbeck, Richard M. and Johnson, Lloyd K. (1995). Earth and Space Science. New York: Holt, Rineheart and Winstone, Inc. 

Tulisan oleh : Wafdan Ubaidillah Ridwan
Editor : Arief Rizqiyanto Achmad (Ketua Umum Cakrawala HMF FPMIPA UPI 2016)